MENGIKUT KRISTUS
Mat.8:18-22
Saudara-saudara,
sidang jemaat Kristus yang dikasihi Allah.
‘Mengikut Kristus’ adalah satu
konsep yang penting di dalam Alkitab maupun kehidupan orang Kristen. Mengingat
pentingnya, hal itu sering digunakan sebagai sebutan atau identitas orang
percaya; mereka sering dinamai pengikut Kristus. Sebagai konsep yang penting,
hal itu tidak dapat dijelaskan atau digambarkan dalam satu dua kalimat saja. Tuhan
kita Jesus Kristus sendiri, dalam menjelaskan dan menggambarkan konsep itu, Ia
sampai menggunakan beberapa kalimat dan berbagai gambaran sebagaimana boleh
kita baca di dalam Perjanjian Baru. Sama seperti itu, dalam rangka khotbah ini,
tidaklah mungkin bagi kita untuk membicarakan segala sesuatu yang berkenaan
dengan mengikut Kristus itu, akan tetapi kita akan membatasi diri hanya pada
kesaksian pasal bacaan hari ini saja.
Saudara-saudara!
Sebelum pasal bacaan kita hari
ini, Matius menceriterakan, Yesus menyembuhkan mertua perempuan Petrus.
Mendengar itu, penduduk Kapernaum berdatangan kepadaNya membawa orang-orang
yang kerasukan setan dan yang menderita sakit, dan Yesus menyembuhkan mereka.
Akibatnya, orang banyak tertarik kepadaNya. Mereka merasa ada hubungan
emosional di antara mereka dengan Yesus,
sehingga mereka mengelilingi Dia. Hal itu terjadi bukan atas permintaan Yesus.
Bukan Dia yang mengajak atau menahan mereka agar tidak beranjak dari padaNya,
melainkan mereka sednirilah yang merasa sudah menjadi pengikut Yesus serta
mengidentifikasikan diri sebagai muridNya. Dalam pemandangan Yesus, hal itu
bukan perkembangan baik, akan tetapi justru sebaliknya, Ia melihat bahwa di
dalam peristiwa itu ada sesuatu yang sulit dan berbahaya, sehingga sebagai
dikatakan dalam ayat pertama pasal bacaan kita hari ini, Ia menyuruh bertolak
ke seberang. Ia tinggalkan mereka dan pergi ke daerah lain, di seberang danau Galilea.
Saudara-saudara!
Dari itu jelas, menjadi pengikut
atau murid Yesus tidak pernah terjadi dari niat hati ataupun kemauan manusia,
melainkan oleh pemanggilan dan pemilihan Kristus sendiri. Petrus menjadi pengikut
Kristus karena dipanggil, Yohanes juga menjadi murid Kristus karena dipanggil,
demikian juga murid-murid lainnya. Oleh Yesus sendiri, hal itu ditegaskan di dalam
Yoh.15:16, kataNya, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih
kamu.” Jadi, bukan karena kita memilih dan mengikut Yesus, lalu kita dipanggil
dan dipilih menjadi muridNya, bukan; akan tetapi sebaliknya, karena Tuhanlah
yang sudah memanggil dan memilih serta menjadikan kita muridNya, maka kita
boleh memilih dan mengikut Dia selaku Guru dan Tuhan kita. Oleh gereja kita
HKBP, hal itu dengan sangat baik diaminkan dalam Buku Ende No.9:2 yang
berbunyi, “Dipillit Ho hian tondingku, i
pe hutodo Ho Tuhanhu.”
Hal itu penting kita ingat agar
tidak menganggap remeh, melainkan menghargai betul keberadaan kita sebagai
murid atau pengikut Kristus. Tuhanlah, oleh kasih dan karuniaNya yang besar dan
bebas yang sudah memanggil dan memilih serta menjadikan kita muridNya. Bukankah
itu mengagumkan dan membanggakan serta pantas kita syukuri dengan
bersungguh-sungguh menjadi murid dan mengikutiNya?
Saudara-saudara!
Selanjutnya, dalam pasal bacaan
kita hari ini dibicarakan seorang ahli Taurat yang ingin mengikut Yesus. Sama
seperti orang Kapernaum, dia juga bukan orang yang dipanggil, melainkan dia
sendirilah yang ingin mengikut Yesus. Dapat diduga, ia sudah pernah melihat Yesus,
pernah mendengar khotbah dan pengajaranNya, serta melihat perbuatan-perbuatanNya
yang ajaib. Dia pun tertarik serta mengidentifikasikan dirinya sebagai murid dan
mengakui Yesus sebagai gurunya; lalu dengan motifasi yang salah, ia menyatakan
bahwa ia mau mengkuti Yesus ke manapun Ia pergi. Jawab Yesus kepadanya, “Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.” Dengan perkataan itu Yesus mau
mengingatkan ahli Taurat itu bahwa, menjadi murid dan mengikut Dia bukanlah
perkara gampang, melainkan sulit bahkan sangat sulit karena banyak sekali
tantangan maupun risikonya. Seorang murid tidak lebih besar dari gurunya. Jika
Jesus Guru itu oleh dunia tidak diberi tempat untuk meletakkan kepalaNya, sama
halnya dengan murid-muridNya, mereka juga akan dibenci, akan dihina, ditolak,
dikejar-kejar dan diperlakukan sebagai orang asing.
Saudara-saudara!
Hal itu juga penting kita ingat,
agar tidak menganggap menjadi murid atau pengikut Kristus sebagai perkara
gampang, melainkan sebagai kenyataan sulit, yang penuh dengan tantangan dan
risiko. Kita harus bersyukur dan memuji Tuhan karena kita masih diperkenankan
hidup tenang di Indonesia ini sekarang
ini di dalam menjalani kehidupan kita sebagai orang Kristen. Tetapi tidak
mungkin bagi kita untuk menutup mata terhadap penderitaan teman-teman kita
seiman di berbagai tempat yang tidak dapat lagi beribadah dengan tenang, tidak
diperbolehkan membangun gedung gereja, yang sudah sempat didirikan juga
dilarang digunakan atau dirubuhkan. Kita harus sungguh-sungguh berdoa bagi
mereka agar mereka tidak terkejut dan tawar hati, karena jauh sebelumnya Tuhan
sudah menubuatkannya dan telah berjanji bahwa Dia tidak akan membiarkan murid-muridNya
berjuang sendiri.
Di lain sisi, melalui firman ini
kita diingatkan juga agar tidak mau disesatkan oleh ajaran yang menyatakan
bahwa orangorang percaya harus hidup tenang. Belakangan ini, di kalangan orang
Kristen berkembang suatu ajaran yang disebut teologi sukses yang merupakan
sinkritisme antara globalisasi ekonomi dengan kehausan beragama. Penganjur dan
penganut ajaran tersebut menyatakan mi-salnya, “Allah kita adalah Allah yang
Mahabesar, kaya, penuh berkat dan manusia yang beriman pasti akan mengalami kehidupan
yang penuh berkat pula, kaya, sukses dan berkelimpahan materi.” Berdasarkan
ajaran itu pula dikatakan bahwa, orang Kristen yang miskin, sintua yang tidak berkelimpahan materi,
atau pendeta yang tidak kaya adalah orang-orang yang kurang percaya dan tidak
diberkati Allah. Bagi orang-orang yang matanya telah digelapkan oleh pikiran
ataupun ajaran sukses sedemikian hendaklah mengingat perkataan Yesus, “Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.” Kita boleh berharap dan berdoa
agar Tuhan mengaruniai kita dengan kelimpahan materi, akan tetapi barangsiapa
lebih mendambakan kekayaan jasmani ketika memutuskan memilih dan mengikuti
Yesus, pada masa sama ia sudah kehilangan tempat di tengah-tengah murid dan
pengikut Kristus.
Saudara-saudara!
Dalam bagian terakhir pasal
bacaan ini dibicarakan tentang seorang murid yang ingin menunda untuk sementara
panggilannya untuk mengikuti Yesus agar dapat memenuhi tanggungjawabnya sebagai
anak terhadap ayahnya, katanya, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan
ayahku.” Tetapi Yesus tidak meloloskannya, melainkan kataNya, “Ikutlah Aku dan
biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” Penundaan
sementara mengikut Kristus karena alasan apapun cenderung berakhir pada penundaan
selamanya, sebab kesempatan untuk menjadi murid tidak terbuka senantiasa.
Ini juga penting kita ingat agar memprioritaskan
ketaatan kita kepada Yesus dalam memenuhi panggilan dan pemilihanNya pada kita
untuk menjadi muridNya. Relasi atau hubungan kita kepadaNya jauh lebih penting
dan lebih berharga dari pada relasi kepada yang lain-lain, seperti kepada orangtua,
sanak saudara, persekutuan marga dan lain sebagainya. Mengenai ini, saya kira,
kita sering kedapatan sebagai orang-orang bersalah. Misalnya, ada yang berpikir
dan bersikap: Nantillah, sesudah tua saya rajin ke gereja; sekarang, selagi
muda lebih baik menggunakan segenap tenaga dan waktu untuk mencari hal-hal
duniawi, seperti ilmu, kekayaan, kedudukan, dan lain-lain sebagainya. Kita
tidak sanggup senantiasa untuk menyikapi ajaran Tuhan kita Yesus Kristus dalam
Mat.6:33 yang menyatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu,” melainkan cenderung lebih menyukai
yang sebaliknya, mencari yang lain lebih dahulu baru sesudah itu mencari
Kerajaan Allah dan kebenarannya. Apabila kita diperhadapkan ke dua pilihan,
tuntutan adat di satu fihak misalnya, tuntutan firman Tuhan di fihak yang lain,
upacara adat di satu fihak, upacara gereja di fihak yang lain, tidak perlu
membela diri, banyak di antara kita yang lebih suka memenangkan adat. Yesus
Kristus berkata, “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan
orang-orang mati mereka.” Barangsiapa mengutamakan relasinya dengan yang lain
ketimbang hubungan persekutuannya dengan Tuhan Yesus Kristus, sesungguhnya ia
seorang yang sudah mati kendati masih hidup. Jika kita tidak ingin mati selagi
hidup, mari saudara-saudaraku, kita mengikuti Tuhan Yesus Kristus sekarang
juga; jangan sekalikali menunda hingga hari esok, karena kita tidak pernah
boleh memastikan bahwa hari esok itu masih ada untuk kita. Amin.
Khotbah
Kebaktian Malam 30.06.13 di HKBP Menteng/mvs